Buku 1 : Manajemen Bencana Alam Indonesia
Realtime Book Technolgy and Management
Ringkasan :
Ringkasan :
Beberapa Pengalaman, Sejarah dan Peristiwa Bencana Alam
Pepatah mengatakan bahwa pelajaran paling berharga atau guru yang terbaik adalah “belajar dari suatu pengalaman yang terjadi”, Penulisan yang terdapat di dalam buku ini sebagian besar membahas atau menjadikan referensi dari beberapa peristiwa bencana alam sebelumnya, baik yang terjadi secara beruntun di Indonesia maupun yang terjadi pada beberapa negara di dunia. Termasuk juga pembahasan terhadap keberhasilan beberapa negara di dunia dapat melakukan “pengelolaaan bencana alam” secara efisien dan efektif setelah negara-negara tersebut mengalami bencana alam yang tragis. Beberapa pengalaman bencana alam, diantaranya seperti :
Sejak tahun 2004 bencana alam tsunami Aceh atau gempa Sumatera-Andaman yang tragis, terparah serta terbesar kedua pernah terjadi di di dunia sebagai akibat erupsi vulkanik di bawah laut dengan kekuatan 9,3 magnitude, dan ketinggian gelombang laut mencapai 15 m yang telah menewaskan lebih kurang 100.000 orang, dan memaksa 600.000 orang kehilangan tempat tinggal dan mata pencariannya. Sedangkan bencana tsunami terbesar pertama di dunia adalah Chili dengan kekuatan gempa bawah laut mencapai 9,5 magnitude dan ketinggian gelombang laut mencapai 30 m menjelang abad 20 pada tahun 1960, sedangkan bencana tsunami Aceh setelah abad 20, atau 44 tahun kemudian.
Bencana alam Indonesia terjadi secara beruntun atau periodik seperti yang terjadi di Nias, Sibolga, Padang, Mentawai, Papua dan bebrapa wilayah lainnya di Indonesia, dan yang terakhir meletusnya Gunung Merapi. Secara komulatif dari beberapa data dan informasi bencana alam Indonesia total keseluruhan diperkirakan telah menelan korban jiwa mencapai 15 juta jiwa atau 1/3 dari jumlah penduduk Indonesia , dengan total kerugian diperkirakan mencapai 55 trilliun rupiah dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini.
Termasuk juga disajikan di dalam buku ini beberapa peristiwa sejarah bencana alam terbesar pernah terjadi di negeri ini untuk melengkapi latar belakang dan wawasan yang luas tentang bencana alam Indonesia, sehingga pembaca lebih memahami dan menguasai tentang bencana alam Indonesia yang dapat menimbulkan resiko yang sangat besar, apabila tidak mampu memberdayakan, pengelolaan, penguasaan dan penerapan teknologi yang terkait dengan bencana alam. Secara umum dapat dijelaskan tentang salah satu bukti sejarah masa lampau bencana alam Indonesia terbesar di dunia yang pernah terjadi, diantaranya :
Berdasarkan hasil riset para pakar geologi dan tsunami Jepang, bahwa ternyata Indonesia menjadi satu-satunya negara di dunia ini yang memiliki erupsi gunung berapi “superkolosal (supercolossal), yaitu erupsi atau ledakan Krakatau pada 416 SM, kekuatan ledakannya sama dengan 400 megaton TNT atau ekivalen dengan 20.000 ton bom atom Hirosima. Berdasarkan “teori siklus hidup" dari suatu gunung vulkanik, dimana akan terjadi perulangan atau pemulihan erupsi dalam priodik waktu dengan hitungan kelipatan bilangan bulat atau sebaliknya yang disebut sebagai “Waktu Paroh”, hal ini identik dengan teori “Fusi Nuklir atau Nuclear Fussion", yaitu priodikasi waktu peluruhan isotop radioaktif sebelum menimbulkan ledakan yang sangat dahsyat.
Dengan demikian cukup ber-alasan jika seluruh lapisan masyarakat segera memiliki buku ini, sebab didalam buku ini tidak hanya membahas Manajemen Praktis Bencana Alam, akan tetapi terutama di dalam buku ini dijelaskan tentang kaitan yang kuat antara “manajemen dan penguasaan teknologi serta misteri bencana alam Indonesia”, sehingga dengan memiliki buku ini dimaksudkan bukan hanya sekedar untuk tujuan ilmu penegetahuan praktis, akan tetapi yang utama dan lebih penting adalah “bagaimana meng-antisipasi, menunda atau menghentikan mega bencana alam Indonesia”.
Miliki segera buku ini............., dengan kata lain memiliki buku ini maka berarti hidup akan lebih tenang dan nyaman, dan rasa percaya diri yang tinggi akan timbul dengan sendirinya, sebab bayangan yang menakutkan telah lanyap, sebab seluruhnya telah terungkap di dalam buku ini.
Selanjutnya cerita sejarah masa lampau tersebut, dimana erupsi maha dahsyat dari Karakatau pada 416 SM mendorong terjadinya perulangan erupsi maha dahsyat kedua dari Krakatau pada tanggal 27 Agustus 1883, dengan ketinggian gelombang laut mencapai 35 m dan menewaskan 36.000 orang di wilayah Sumatera dan Jawa.
Kemudian “perulangan dan pemulihan atau umur paroh” terjadi lagi pada tahun 1927, yaitu erupsi yang terjadi pada anak Krakatau di Selat Sunda. Dan sebelumnya terjadi ledakan gunung vulkanik terbesar di Sumatera pada tanggal 27 Agustus 1883 dengan kekuatan 8,7 magnitude dan tinggi gelombang mencapai 4 m serta menewaskan 665 orang. Sibandingkan dengan negara Jepang yang mengalami beberapa peristiwa bencana alam, telah berhasil melakukan pengelolaan bencana alam di negara tersebut, terutama negara ini sudah mampu dan berhasil dalam hal “Strategi Manajemen Bencana Alam untuk Pengamanan, Pemantauan dan Deteksi Peringatan Dini atau Natural Disaster Strategic Management for Security, Monitoring and Early Warning Detection”.
Dengan manajemen pengelolaan bencana alam yang berbasis teknologi, negara Jepang melakukan berbagai upaya inovasi dalam pengembangan, pembangunan dan penerapan berbagai teknologi bencana alam, misalnya seperti : teknologi satelit, GPS, teknologi sistem peringatan dini bencana alam yang integral terhadap teknologi data dan informasi, teknologi seismik digital, teknologi sistem deteksi bawah laut, teknologi sistem navigasi, teknologi sistem survey dan pemetaan bencana alam, teknologi sistem minitoring iklim dan lingkungan. Dari berbagai upaya dan kebehasilan ini, maka saat ini di Jepang bencana alam berhasil ditekan dan termasuk sudah sangat jarang terjadi dibandingkan beberapa tahun sebelumnya cukup sering terjadi dan beruntun. Hal ini memberikan alasan yang kuat terhadap apa yang disebut sebagai : “Paradigma Era Baru Perang – Penjajahan Global Abad 21 - Misteri Bencana Alam Indonesia”. Asumsi lain yang termasuk sebagai materi pembahasan di dalam buku ini adalah : Pada periode tahun 1980 sampai dengan 1995, negara Indonesia melalui berbagai inovasi, riset dan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilaksanakan oleh BPPT, diantaranya adalah :
melakukan pengembangan riset dan teknologi dalam bidang teknologi deteksi bawah laut, oceanografi oceanologi dan teknologi seismik digital dengan menggunakan beberapa unit “kapal survey Baruna Jaya” yang memiliki teknologi canggih, pada periode tahun tersebut beberapa kapal ini dibeli dari negara Jerman menggunakan uang rakyat Indonesia yang bernilai triliunan rupiah. Namun saat ini beberapa kapal survey tersebut sudah tidak jelas keberadaannya, sebagai akibatnya “Strategi Pertahanan, Pangamanan dan Pemantauan Bawah Laut Indonesia” sudah tidak dapat dilaksanakan yang diperkirakan sejak tahun 1998 sampai dengan sekarang.
Paradigma Era Baru Perang–Penjajahan Global Abad 21– Misteri Bencana Alam Indonesia
Pada periode ketika kapal survey Baruna Jaya rutin melakukan survey dan kegiatan deteksi bawah laut termasuk pemanfaatan teknologi satelit untuk dukungan sistem navigasi dan komunikasi, dalam kaitan ini bahwa pepatah diatas “pengalaman menjadi guru yang sangat berharga”, sehingga “menjadikan buku ini menjadi suatu buku yang cukup bermutu”, sebab penulis sendiri pada saat itu terlibat langsung pada berbagai kegiatan survey kapal Baruna Jaya. Bangsa Indonesia saat ini dan ke depan akan menghadapi resiko yang sangat besar, sebab Indonesia sebagai satu-satunya negara di dunia ini yang memiliki apa yang disebut dengan RC of IDF seperti yang dijelaskan di atas. (berlanjut ke halmn 3a .......)