Buku 1 : Manajemen Bencana Alam Indonesia Berbasis Teknologi
Realtime Book Technology and Management
Ringkasan :
Ringkasan :
Seperti yang dijelaskan sebelumnya di atas, manajemen praktis ini adalah berbasis teknologi bencana alam dan teknologi lainnya yang terkait, berikut ini dapat digambarkan sekilas tentang teknologi yang dimaksud, diantaranya :
Teknologi Strike-Slip-Fault
Pada gambar berikut, dimana pada bagian lain dari beberapa lempeng padat yang baru terbentuk sebagai akibat proses pendinginan pada kerak bumi, termasuk lempeng-lempeng ini juga bergerak saling berjauhan, sehingga menimbulkan gesekan, tekanan, stres, regangan dan tegangan yang sangat tinggi, selanjutnya akan menimbulkan energi yang sangat besar serta mengakibatkan terganggunya magma, sehingga akan memaksa letusan lahar pada dasar samudra.
Selanjutnya letusan lahar atau gunung api di dasar samudera ini akan menimbulkan strike-slip-fault pada lempeng samudera dan akan berakibat terhadap timbulnya transform fault atau pergeseran patahan lempeng yang berlawanan arah, dimana keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya subduksi dan gempa tektonik sebagai sumber yang memicu terjadinya gelombang tsunami.
Teknologi GPS Mendeteksi Gempa dan Tsunami
GPS dapat merekam pergerakan leading edge atau sisi utama terluar dari pelat kontinental pada suatu zona subduksi. Terdapat beberapa bagian lempeng yang terkunci dan lempeng atasnya dipaksa untuk kembali ke posisinya. Ketika gesekan terjadi dan menimbulkan stres kemudian regangan-pun dilepaskan, pada proses ini antena GPS penerima akan bergeser langsung kembali ke posisi semula. Gambar berikut ini menunjukkan gerak relatif lempeng dan GPS, seperti pada gempa tektonik tahun 2004 yang terjadi di Aceh dengan kekuatan 9,3 magnitude atau skala richter, tsunami Mentawi 7,2 magnitude dan yang terjadi di Chili dengan kekuatan 9,5 magnitude, dimana pantulan elastis atau elactic rebounded dari tanah mencapai 10 meter.
Dengan penguasaan dan kemampuan manajemen bencana alam yang berbasis teknologi tepat guna, kedepan musibah nasional dan pengalaman pahit bangsa Indonesia diharapkan tidak akan terulang kembali, hal ini mejadikan pemikiran serius dari seluruh komponen bangsa untuk tujuan menyelamatkan : rakyat, asset dan sumber daya nasional dari bencana alam yang terburuk mungkin akan terjadi, sebab Indonesia sangat rentan dan beresiko tinggi terhadap mega bencana alam.
Dukungan teknologi peralatan untuk bencana alam ini sangat dibutuhkan, terutama jika dikaitkan dengan kondisi medan bencana alam yang cukup berat dan sangat sulit terjangkau, sehingga akan beresiko tinggi terhadap upaya evakuasi korban dan harta benda. Dengan memiliki buku ini, ke depan akan dapat disusun suatu program perencanan sistem teknologi peralatan bencana alam yang lebih efisien, efektif dan tepat guna serta tepat sasaran.
Realtime Book Technolgy and Management
Ringkasan :
Strategik Global
Pertahanan Indonesia (SGPI) Abad 21
Keberadaan letak dan posisi geografis negara Indonesia menimbulkan tingkat
kerawanan yang sangat tinggi dan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
rod map rancangan kebijakan strategik pertahanan NKRI. Sebagai suatu negara
terbesar dan terluas di kawasan Asia Tenggara dan diantara negara-negara ASEAN,
akan mendorong Indonesia tidak memiliki pilihan lain kecuali menjadikan skala
prioritas dalam pembangunan strategik pertahanan yang berwawasan global dengan
rancangan konsep “Strategik Pertahanan Global Indonesia (SPGI) abad 21”. Alasan utama pentingnya “SPGI abad 21” adalah
sebagai akibat terjadinya perubahan besar tatanan dunia
dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, sehingga berdampak terhadap
timbulnya “Paradigma Era Baru Perang dan
Penjajahan Global Abad 21 (PEBP dan
PGA-21)” melalui berbagai cara dalam bentuk “Penjajahan dan Kejahatan Global” antar negara dan bangsa yang sudah
terjadi saat ini, diantaranya terutama dengan cara-cara yang unik melalui pemanfaatan
dan penggunaan “Teknologi Canggih
Persenjataan” yang berbasis kepada adanya
kemajuan “Teknologi Satelit dan Komputer (TS & K)”, kedua aspek
teknologi ini merupakan teknologi utama yang sangat mudah terintegrasi terhadap
teknologi lainnya sebagai derivatif yang berkelanjutan, dan hal ini merupakan
sebagai pemicu utama terjadinya PEBP dan
PGA-21 serta termasuk sebagai pendorong utama segera terjadinya “Perang
Dunia 3 atau World War 3”, dengan demikian negara dan bangsa Indonesia
dari sejak dini mutlak melakukan berbagai persiapan dan program yang serius dan
fokus, dengan tujuan untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan besar segera
akan terjadinya “Perang Dunia 3”.
seperti gambar di atas.
Strategik Global Pertahanan Laut
Nusantara (SGPLN) Abad 21
Hal ini menjadikan alasan
kuat terhadap Indonesia untuk tetap meningkatkan kemampuan dan kekuatan
pertahanan laut nusantara dalam bentuk “Strategik
Global Pertahanan Laut Nusantara (SGPLN) Abad 21 atau SGPLN Abad 21”. Sebab Indonesia merupakan satu-satunya negara
di kawasan ASEAN yang menjadi “inversi aliansi” terhadap blok kekuatan
tersebut, dan juga merupakan negara yang memiliki laut terluas yang setiap
sisinya berbatasan langsung dengan negara-negara yang tergabung dalam blok
aliansi FPDA, sehingga menimbulkan tingkat kerawanan yang sangat tinggi. Latar
belakang lain adalah hasil analisa dan
pendapat dari para pengamat militer internasional, banyaknya issu internasional
yang berkembang, dan berdasarkan buku dari beberapa ahli dalam bidang militer
dan pertahanan bahwa hasil prediksi dan interpretasi kuat tersebut dapat
dipastikan “Perang Global Dunia 3” akan terjadi pada abad 21 ini. Dan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang penjelasan tersebut di atas dapat
diikuti dalam buku yang dikarang oleh penulis sendiri dengan judul : “Perang Dunia 3 Abad 21 Segera
Tiba (World War 3 of 21 st Century Coming Soon”).
Peran aliansi power mendorong percepatan
perang kawasan ASEAN
Salah satu contoh konflik yang memanas yang diakibatkan perebutan kekayaan
sumber daya alam, seperti antara Indonesia dan Malaysia menyangkut maritime
security terhadap masalah sengketa
Ambalat yang kaya dengan tambang minyak
dan deposit, misalnya seperti wilayah Extended Jurisdiction Arafura Sea
diperkirakan memiliki kekayaan sebesar US$ 67.0 billion, dan Overlapping
Claim Areas mencapai US$ 1.500 billion; batas wilayah laut teritorial dan
wilayah ZEE sebagai zona konflik terhadap kapal penangkap ikan yang
diperkirakan memiliki kekayaan sebesar US$8.4 million/yr, dan kawasan Miangas sebesar US$7.4 million/yr (penjelasan lengkap
tentang hal ini diuraikan pada halaman berikutnya dengan judul “Kawasan ASEAN
memiliki Sumber Daya Alam yang melimpah sebagai pemicu terjadinya konflik yang
meluas (The Asean region : Great Wealth and Great Strife)”. Sehingga konflik
ini menjadi informasi yang menarik pada sidang ke-5 ADMM Asean.
ASEAN sebagai counter pertahanan dan keamanan kawasan dan Upaya
mengantisipasi paradigma era baru perang dan penjajahan global abad 21.
Pada konferensi tingkat tinggi ASEAN ke-18 yang baru berlangsung, Indonesia
sebagai ketua Asean menyampaikan tema yang berjudul “Asean Community
In A Global Community of Nations” dengan lingkup pembahasan dari
tema ini berdasarkan 3 pilar Asean community, diantaranya yang terkait dalam
bidang pertahanan, militer dan keamanan melalui program Asean Political
Security Community (ASPC). Program dari komunitas Asean dalam bidang keamanan
yang bersifat politik ini dilaksanakan melalui ADMM (Asean Defence Ministers Meeting) yang akan
melaksanakan sidang ke-5 nya pada tanggal 17-20 Mei 2011, dimana Indonesia menyampaikan
tema yang berjudul “Strengthening
Defence Cooperation of Asean and the Global Community to Face New Challenges”.
Apapun program yang digelar oleh Asean yang terkait dengan
ketiga unsur tersebut tidak terlepas dari pengaruh negara superpower sebagai
akibat timbulnya globalisasi. Sasaran pencapaian perdamaian, keamanan dan
pembangunan kawasan Asean akan selalu berbenturan dengan tingkat kepentingan
yang tinggi dari negara-negara maju untuk menanamkan pengaruhnya terhadap
negara-negara Asean. Tingkat kepentingan aliansi kekuatan negara-negara Eropa
terhadap negara-negara Asean semakin tinggi stelah terjadinya apa yang disebut
dengan “The Changing Political Structure of Europe”, demikian
juga negara superpower Amerika memiliki tingkat kepentingan yang tinggi
terhadap negara-negara Asean sebagai akibat program “The Great Transformation and Making the World Safe for Democracy”.
Early Warning Situation (EWS)
Eskalasi dan konstelasi konflik yang
memuncak dalam hal perlombaan
persenjataan canggih, berbagai kepentingan dan persaingan yang terjadi di
berbagai kawasan dunia menjadikan “Early
Warning Situation (EWS)” terhadap negara-negara di kawasan Asia Tenggara
dan kawasan Asia Timur. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan yang
signifikan terhadap pengadaan persenjataan berteknologi canggih yang berskala
nanoteknologi dari berbagai negara di kawasan tersebut, dengan tujuan untuk
mengantisipasi terjadinya “perang
kawasan abad 21” dan selanjutnya akan mendorong terjadinya “perang global dunia 3 abad 21” yang
diprediksi secara kuat berdasarkan issu dari para ahli dan pengamat
internasional dalam hal perang. Prediksi dan interpretasi ini diperkuat oleh
salah satu dari pengamat perang James Dunnigan dalam bukunya yang berjudul “A Comprehensive Guide To Modern Warfare In
The 21st Century”.
Nanotechnology
& Society: Current and Emerging Ethical Issues
Pemikiran yang disampaikan oleh Fritz Allhoff dalam bukunya yang berjudul “Nanotechnology & Society: Current and
Emerging Ethical Issues”, dimana kutipan dari buku ini yang terkait dengan
kode etik : “urgent issues arising from nanotechnology today and in the near future
policy experts, and nanoethics scholars worldwide, with foundational issues :
risk and regulation; industry and policy; the human condition; and selected
global issues. The essays tackle such contentious issues as environmental
impact, health dangers, medical benefits,intellectual property,“professional code of ethics”,privacy,international
governance”. Sebab Indonesia mendapat julukan sebagai “The Ring Center of Indonesia Dangerous
Fire (RC of IDF)”dan Kepala Naga Raksasa Indonesia
(KNRI)” seperti dijelaskan pada halaman berikutnya di dalam tulisan ini dengan
judul : “Prediksi yang tinggi bahwa peristiwa sejarah berulang
kembali, gempa superkolosal dan mega tsunami akan meneggelamkan beberapa
wilayah pulau Jawa dan Sumatera yang merupakan salah satu dari 3 SUMBU MEGA
ANCAMAN yang menjadikan INDONESIA EMERGENSI sebagai judul dari penulisan ini”. Terkait dengan
masalah bencana alam ADSOM Plus WG sudah membahasnya dengan topik HADR
(Human Assistance on Disaster Relief), namun mungkin belum secara fokus
membahas tentang masalah “RC of DFI dan 3 Sumbu Mega Ancaman” yang merupakan
sumbu bencana alam gempa dan tsunami yang sangat besar di kawasan Asean,
terutama terhadap penerapan teknologi dan manajemen yang realtime dan
berkecepatan tinggi untuk menghindari terjadinya ribuan korban jiwa dan termasuk
untuk mengantisipasi terjadinya AW dan NPW. (berlanjut ke Buku 2 WW 3, hal 1b ......)